Rabu, 05 Desember 2012

LIBURAN SENIMAN


Liburan Seniman adalah salah satu lakon yang ditulis Usmar Ismail (Bapak perfilman Indonesia). Lakon Liburan Seniman diciptakan oleh Usmar pada tahun 1944 dan dipentaskan di Gedung Komedi ( sekarang GKJ ). Naskah ini tercipta berawal dari ketidakpuasan Usmar dan teman-temannya karena harus banyak memperhatikan kemauan orang Jepang yang berkuasa pada saat membuat pementasan di Gedung Pusat Kebudayaan.Lakon Liburan Seniman (1944) merupakan salah satu karya dari Usmar Ismail yang mengisahkan perjuangan di zaman pendudukan Jepang. Pada zaman Jepang inilah, kehidupan teater sedang mengalami dualisme yang mau tidak mau harus terjadi, yaitu di satu sisi ditarik oleh pemerintah pendudukan Jepang sebagai alat propaganda mereka. Di sisi lain, dipakai oleh para nasionalis untuk ideologi kebangsaan mereka. Sandiwara Penggemar Maya memiliki sebuah tujuan yaitu memajukan seni teater Indonesia dengan mengusung nilai-nilai nasionalisme, humanisme, dan agama. Ciri-ciri tersebut sangat terlihat dalam lakon komedi Liburan Seniman.Lakon ini mengisahkan gejolak para seniman pada tahun 1944 pada zaman Jepang tidak bisa dibendung. Saat-saat yang penuh perjuangan untuk membangunkan Indonesia dari jiwa-jiwa yang masih tidur dilakukan oleh Suromo, Kadjiman, Rutaf, Kanto, Mira, Ratmi dan Rani. Suromo yang pada awalnya secara diam-diam menulis sebuah lakon dengan judul "Kebangkitan" membuat Ratmi geram ditambah dengan hasutan-hasutan dari pamannya R. Garmoyono tentang suaminya. Namun di sisi lain Rani dan Mira sebagai sahabat Ratmi pun juga geram terhadap pasangan mereka yaitu Kadjiman dan Rutaf. Akhirnya bisul sudah meletus, lakon itu sudah selesai dan akhirnya Suromo memberitahukan kepada teman-temannya. Buah karya Suromo itu pun merangsang Kadjiman, seorang pemusik yang ingin jadi sutradara. Rutaf sang pelukis pun juga mendukung dengan menjadi juru dekor. Kemudian Kanto pun terpilih menjadi peran utama walaupun akhirnya tidak jadi bermain. Tahar Malik dan Raden Hasan hadir untuk membantu perjuangan tersebut. Kecanggungan dalam melakukan proses latihan menimbulkan gelak tawa riang dan canda dari persahabatan mereka. Ada ambisi, obsesi, marah, kecewa, cemburu, bangga, haru dan semua tercampur aduk. Tekanan, tudingan, cibiran dari penonton dan Kertalesmara semuanya dihadapi dengan pantang menyerah. Yang menjadi tujuan mereka adalah bagaimana bisa menggapai cita-cita untuk menuju Indonesia yang ingin tegak sejajar dengan negara lain.Seni adalah langkah kecil untuk memulainya. Lakon "Kebangkitan" dipilih untuk mengubah kegelisahan dan keresahan menjadi ketenangan. Mengubah kekekejaman dan kekasaran menjadi kelembutan. Pementasan "Kebangkitan" dalam Liburan Seniman berbicara tentang pembebasan diri. Memberikan sebuah pergerakan untuk menuju ke arah yang lebih baik yang penuh dengan keluasan hati dan kedalaman baru dalam hidup.Indonesia diibaratkan seperti padang gurun yang merupakan medan perjuangan hidup yang berat. Kita seakan-akan seperti tersesat di padang gurun. Haus, lapar, sepi, takut, bahaya benar-benar sungguh mengerikan. Kita telah mengalami krisis kehidupan seperti di padang gurun. Di tengah krisis itu, hidup terasa seperti suatu penipuan yang licik dan kejam dan penguasa dianggap sangat lihai dan manipulatif. Kita seakan-akan kehilangan arah dan terjepit. Dan itu mencambuk kita seperti terik matahari padang gurun di tengah hari, menyengat dan tidak terelakkan. Mau dan tidak mau, kita sebagai warga Indonesia telah menemukan diri yang tersesat berada dalam situasi padang gurun. Tapi kita harus terus berjuang untuk menggapai kehidupan sejati. Jangan pernah kita menunggu lagi, walaupun kita diperkenankan untuk sejenak hening, karena hening adalah sebuah pengakuan bahwa sebenarnya kita membutuhkan Tuhan. Hidup kita bisa bernilai apabila kita mengisi perjalanan padang gurun ini dengan terus berjuang.Melalui Liburan Seniman, kita diajak untuk selalu bisa melihat sisi keindahan dalam kehidupan. Seni adalah sisi keindahan itu, seni digunakan untuk mendobrak kerterkekangan atas nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu jalan keluar dari situasi ini adalah melalui mengenal dan memahami seni. Karena seni adalah kekayaan atas nilai-nilai hidup dan sebagai sarana untuk mengatasi nilai-nilai itu. Seni adalah sebuah ekspresi penghayatan jiwa manusia yang bermaksud membangkitkan atau menghidupkan energi-energi rohaniah bagi siapa pun. Seni adalah potensi dasar untuk membangkitkan sensitivitas manusia terhadap alam kehidupannya, membangkitkan kesadaran akan sisi keindahan. Melalui seni manusia akan menemukan nilai-nilai kemanusiaannya.Lakon "Kebangkitan" dalam lakon "Liburan Seniman" mengajak manusia untuk berpikir bahwa masa depan Indonesia adalah milik orang yang yakin pada cita-citanya. Liburan Seniman mengajak kita untuk merefleksikan diri bahwa Indonesia tidak hanya berhenti pada hari ini saja. Masih ada hari esok yang harus dijelang melalui perjuangan. Liburan Seniman mengajak kita bahwa perjuangan yang besar bisa dimulai dengan perjuangan yang kecil. Mengajak kita untuk optimis berkata bahwa hidup ini penuh dengan kemanisan, tapi untuk mencicipinya diperlukan sejuta pengorbanan. Menyadarkan kita bahwa sahabat sejati sumpama pohon yang rindang. Membuat kita untuk berpikir bahwa kebijaksanaan seseorang dinilai bukan dari perkataannya tapi dari perilaku dan pikiran. Mengajak kita untuk merenung bahwa keutamaan akal adalah kebijaksanaan dan keutamaan hati adalah keberanian. Keberanian yang mendobrak seniman-seniman muda untuk selalu berkarya menuju Indonesia yang penuh dengan kemilau cahaya. "Seniman berlibur kalau ia bisa kerja. Ia Cuma manusia biasa, tapi bedanya ialah : seniman baru merasa berlibur kalau ia bekerja mati-matian, lupa yang lain sama sekali.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar