Liburan Seniman adalah salah satu lakon yang ditulis Usmar Ismail (Bapak
perfilman Indonesia). Lakon Liburan Seniman diciptakan oleh Usmar pada
tahun 1944 dan dipentaskan di Gedung Komedi ( sekarang GKJ ). Naskah ini
tercipta berawal dari ketidakpuasan Usmar dan teman-temannya karena
harus banyak memperhatikan kemauan orang Jepang yang berkuasa pada saat
membuat pementasan di Gedung Pusat Kebudayaan.Lakon Liburan Seniman
(1944) merupakan salah satu karya dari Usmar Ismail yang mengisahkan
perjuangan di zaman pendudukan Jepang. Pada zaman Jepang inilah,
kehidupan teater sedang mengalami dualisme yang mau tidak mau harus
terjadi, yaitu di satu sisi ditarik oleh pemerintah pendudukan Jepang
sebagai alat propaganda mereka. Di sisi lain, dipakai oleh para
nasionalis untuk ideologi kebangsaan mereka. Sandiwara Penggemar Maya
memiliki sebuah tujuan yaitu memajukan seni teater Indonesia dengan
mengusung nilai-nilai nasionalisme, humanisme, dan agama. Ciri-ciri
tersebut sangat terlihat dalam lakon komedi Liburan Seniman.Lakon ini
mengisahkan gejolak para seniman pada tahun 1944 pada zaman Jepang tidak
bisa dibendung. Saat-saat yang penuh perjuangan untuk membangunkan
Indonesia dari jiwa-jiwa yang masih tidur dilakukan oleh Suromo,
Kadjiman, Rutaf, Kanto, Mira, Ratmi dan Rani. Suromo yang pada awalnya
secara diam-diam menulis sebuah lakon dengan judul "Kebangkitan" membuat
Ratmi geram ditambah dengan hasutan-hasutan dari pamannya R. Garmoyono
tentang suaminya. Namun di sisi lain Rani dan Mira sebagai sahabat Ratmi
pun juga geram terhadap pasangan mereka yaitu Kadjiman dan Rutaf.
Akhirnya bisul sudah meletus, lakon itu sudah selesai dan akhirnya
Suromo memberitahukan kepada teman-temannya. Buah karya Suromo itu pun
merangsang Kadjiman, seorang pemusik yang ingin jadi sutradara. Rutaf
sang pelukis pun juga mendukung dengan menjadi juru dekor. Kemudian
Kanto pun terpilih menjadi peran utama walaupun akhirnya tidak jadi
bermain. Tahar Malik dan Raden Hasan hadir untuk membantu perjuangan
tersebut. Kecanggungan dalam melakukan proses latihan menimbulkan gelak
tawa riang dan canda dari persahabatan mereka. Ada ambisi, obsesi,
marah, kecewa, cemburu, bangga, haru dan semua tercampur aduk. Tekanan,
tudingan, cibiran dari penonton dan Kertalesmara semuanya dihadapi
dengan pantang menyerah. Yang menjadi tujuan mereka adalah bagaimana
bisa menggapai cita-cita untuk menuju Indonesia yang ingin tegak sejajar
dengan negara lain.Seni adalah langkah kecil untuk memulainya. Lakon
"Kebangkitan" dipilih untuk mengubah kegelisahan dan keresahan menjadi
ketenangan. Mengubah kekekejaman dan kekasaran menjadi kelembutan.
Pementasan "Kebangkitan" dalam Liburan Seniman berbicara tentang
pembebasan diri. Memberikan sebuah pergerakan untuk menuju ke arah yang
lebih baik yang penuh dengan keluasan hati dan kedalaman baru dalam
hidup.Indonesia diibaratkan seperti padang gurun yang merupakan medan
perjuangan hidup yang berat. Kita seakan-akan seperti tersesat di padang
gurun. Haus, lapar, sepi, takut, bahaya benar-benar sungguh mengerikan.
Kita telah mengalami krisis kehidupan seperti di padang gurun. Di
tengah krisis itu, hidup terasa seperti suatu penipuan yang licik dan
kejam dan penguasa dianggap sangat lihai dan manipulatif. Kita
seakan-akan kehilangan arah dan terjepit. Dan itu mencambuk kita seperti
terik matahari padang gurun di tengah hari, menyengat dan tidak
terelakkan. Mau dan tidak mau, kita sebagai warga Indonesia telah
menemukan diri yang tersesat berada dalam situasi padang gurun. Tapi
kita harus terus berjuang untuk menggapai kehidupan sejati. Jangan
pernah kita menunggu lagi, walaupun kita diperkenankan untuk sejenak
hening, karena hening adalah sebuah pengakuan bahwa sebenarnya kita
membutuhkan Tuhan. Hidup kita bisa bernilai apabila kita mengisi
perjalanan padang gurun ini dengan terus berjuang.Melalui Liburan
Seniman, kita diajak untuk selalu bisa melihat sisi keindahan dalam
kehidupan. Seni adalah sisi keindahan itu, seni digunakan untuk
mendobrak kerterkekangan atas nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu jalan
keluar dari situasi ini adalah melalui mengenal dan memahami seni.
Karena seni adalah kekayaan atas nilai-nilai hidup dan sebagai sarana
untuk mengatasi nilai-nilai itu. Seni adalah sebuah ekspresi penghayatan
jiwa manusia yang bermaksud membangkitkan atau menghidupkan
energi-energi rohaniah bagi siapa pun. Seni adalah potensi dasar untuk
membangkitkan sensitivitas manusia terhadap alam kehidupannya,
membangkitkan kesadaran akan sisi keindahan. Melalui seni manusia akan
menemukan nilai-nilai kemanusiaannya.Lakon "Kebangkitan" dalam lakon
"Liburan Seniman" mengajak manusia untuk berpikir bahwa masa depan
Indonesia adalah milik orang yang yakin pada cita-citanya. Liburan
Seniman mengajak kita untuk merefleksikan diri bahwa Indonesia tidak
hanya berhenti pada hari ini saja. Masih ada hari esok yang harus
dijelang melalui perjuangan. Liburan Seniman mengajak kita bahwa
perjuangan yang besar bisa dimulai dengan perjuangan yang kecil.
Mengajak kita untuk optimis berkata bahwa hidup ini penuh dengan
kemanisan, tapi untuk mencicipinya diperlukan sejuta pengorbanan.
Menyadarkan kita bahwa sahabat sejati sumpama pohon yang rindang.
Membuat kita untuk berpikir bahwa kebijaksanaan seseorang dinilai bukan
dari perkataannya tapi dari perilaku dan pikiran. Mengajak kita untuk
merenung bahwa keutamaan akal adalah kebijaksanaan dan keutamaan hati
adalah keberanian. Keberanian yang mendobrak seniman-seniman muda untuk
selalu berkarya menuju Indonesia yang penuh dengan kemilau cahaya.
"Seniman berlibur kalau ia bisa kerja. Ia Cuma manusia biasa, tapi
bedanya ialah : seniman baru merasa berlibur kalau ia bekerja
mati-matian, lupa yang lain sama sekali.."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar